Saturday, February 23, 2019

Cara Perlakuan Benih Sebelum Disemai Beserta Contohnya

Perlakuan Benih --- Sangat disayangkan ketika benih tidak tumbuh ataupun lama berkecambah karena kurang tepat dalam menangani benih sebelum menyemainya. Atau sudah mulai tumbuh, lalu diserang penyakit. Karena itu, artikel ini akan memberi solusi bagi Sobat dalam mempercepat berkecambahnya benih. Yuk, kita simak bagaimana cara perlakuan benih sebelum semai?

Cara Perlakuan Benih Sebelum Disemai Beserta Contohnya

Perlakuan benih penting
Sering sekali ketika membaca artikel tentang budidaya disarankan untuk perlakuan benih sebelum semai. Sebab, dalam budidaya tanaman yang baik dan benar, perlakuan benih menjadi tahapan sangat penting.

Maka dari itu, kita mengenal ada perlakuan benih cabai, ada perlakuan benih kangkung, perlakuan benih padi, dan lainnya. Bahkan, rimpang jahe yang akan disemai pun perlu perlakuan khusus agar dapat tumbuh dengan baik dan sehat.  Kalau demikian, untuk apa sebenarnya perlakuan benih?

Tujuan perlakuan benih
Ini barangkali beberapa  tujuan dari perlakuan benih, yaitu :
  • Menyeleksi benih yang bernas
  • Mematahkan masa dormansi (kondisi hidup, tapi tidak aktif)
  • Mempercepat berkecambah
  • Mencegah benih dari serangan hama
  • Agar lebih tahan terhadap serangan penyakit
  • Benih tumbuh maksimal sampai 100% atau sesuai dengan daya tumbuhnya

Nah, itulah tujuan dari perlakuan atau treatment benih. Alangkah kecewanya jika sudah memilih benih unggul dan berkualitas, namun perkecambahannya terganggu. Yang paling sakit adalah tidak tumbuh sama sekali benih yang disemai. Rupanya, benih habis dilahap semut. Pantasan tidak satu pun tumbuh he..he..😅

Tips memilih benih
Benih merupakan biji/bagian tanaman yang sudah melewati proses seleksi yang ketat sehingga harapannya memiliki daya tumbuh yang tinggi. 

Sebelum kita melihat cara perlakuan benih, sedikit saya ingin memberikan tips dalam memilih benih yang baik.
  • Pilihlah benih yang sehat/bebas dari penyakit yang ditandai dari warna yang cerah
  • Tidak ada kotoran yang melekat
  • Benih harus murni (tidak tercampur dengan benih atau benda lain)
  • Berasal dari induk yang sehat dan cukup umurnya
  • Benih bernas. Ini dapat ditandai jika dicelupkan dalam air, maka benih tidak mengambang
  • Ukurannya seragam
  • Kalau benih berasal dari pembelian, bacalah label kemasannya terutama ada izin produksi, expired date/masa kadaluarsa, dan daya tumbuh.

Zat pengatur tumbuh (ZPT)
Secuil lagi, sebelum ke perlakuan benih, yang perlu dipahami, yaitu zat pengatur tumbuh (ZPT) dan fungisida. Dalam dunia budidaya tanaman, kata ZPT sangat familiar khususnya ZPT yang digunakan untuk perlakuan benih.

ZPT merupakan hormon untuk mengatur pertumbuhan tanaman seperti hormon giberelin, sitokinin, aksin, dan lainnya. Ilmuan bilang kalau tidak ada ZPT maka tidak ada pertumbuhan. Benar juga, ya. 

ZPT akan mempengaruhi atau meng-optimalkan pertumbuhan tanaman, mempercepat perkecambahan benih,  dan kemampuan adaptif dan kompetitif tanaman dengan gulma.

Ada 2 macam ZPT, yaitu sintesis dan alami. Untuk ZPT sintesis sangat mudah diperoleh karena sudah banyak diproduksi dan dipasarkan seperti Atonik, Hormonik, dan sejumlah merek lainnya. Untuk ZPT alami seperti penggunaan air kelapa, bawang merah, dan teman-temannya 😅

Oh, iya..dalam perlakuan benih dikenal juga dengan fungisida (antijamur) atau bakterisida (antibakteri).  Bahkan, dalam ZPT merek tertentu mengandung fungisida dan juga insektisida untuk anti serangga.

Kalau memang mau beli fungisida, di toko pertanian cukup banyak, misalnya Previcur N, Dithane, Acrobat, dan lainnya.

Namun, kita tidak usah bingung dengan fungisida kalau sulit dijangkau. Sebab, di dapur ada garam. Garam bisa juga digunakan sebagai antibakteri/jamur yang dikenal dengan antiseptik.

Tidak hanya fungisida kimia sintesis, fungisida organik pun dapat digunakan dalam perlakuan benih. Intinya, dengan fungisida akan membuat benih tahan terhadap serangan jamur atau bakteri.

Cara Perlakuan Benih
Dalam artikel ini kita ambil contoh perlakuan benih Terung. Mari kita ikuti langkah-langkah berikut ini.

Contoh perlakuan benih (1)

Alat-alat :
  • Baskom/ember
  • Saringan

Bahan-bahan :
  • Atonik (ZPT)
  • Benih terung
  • Previcur N(Fungisida)

Langkah-langkah perlakuan benih
  1. Isi baskom dengan air sebanyak 1 liter
  2. Tuangkan 1 ml Atonik ke dalam air (langkah No.1), dan aduk sampai merata
  3. Tuangkan 1 ml Previcur N ke dalam campuran langkah No.2, dan aduk sampai merata
  4. Masukkan benih ke dalam air yang sudah dilarutkan Atonik dan Previcur
  5. Biarkan benih terendam selama 30 – 60 menit
  6. Pisahkan benih yang mengambang dan mengapung (dibuang saja )
  7. Ambil benih yang tenggelam dengan menggunakan saring
  8. Tiriskan dan angin-anginkan sebentar
  9. Benih siap untuk disemai

Contoh perlakuan benih (2)
Kalau males beli zpt dan fungisida pabrikan atau mungkin hanya untuk perlakuan benih dalam jumlah sedikit, contoh 2 ini bisa dicoba

Alat-alat :
  • Baskom/ember
  • Saringan

Bahan-bahan :
  • Air kelapa muda (ZPT alami)
  • Benih terung
  • Garam dapur(Antiseptik/Antibakteri)

Langkah-langkah perlakuan benih
  1. Isi baskom dengan air kelapa muda sebanyak ½ liter
  2. Tambahkan air ½ liter ke dalam baskom (Langkah No.1) sehingga larutannya menjadi 1 liter.
  3. Larutkan 1 sendok makan garam ke dalam larutan pada langkah No.2, aduk hingga larut dan tercampur merata
  4. Masukkan benih ke dalam larutan air kelapa muda dan garam pada langkah No.3
  5. Biarkan benih terendam selama 1 – 3 jam
  6. Pisahkan benih yang mengambang dan mengapung (dibuang saja 😅)
  7. Ambil benih yang tenggelam dengan menggunakan saring
  8. Tiriskan dan angin-anginkan sebentar
  9. Benih siap untuk disemai
Boleh juga merendam benih dengan air garam dulu selama 15-20 menit. Kemudian, benih direndam lagi dalam air kelapa selama 1-3 jam.


Baca juga ini :


Bagaimana, udah dapatkan cara perlakuan benih sebelum menyemainya? Nah, kalau udah dapat, mulai sekarang, usahakan setiap ingin menyemai benih dibuat perlakuan terlebih dahulu agar pertumbuhan benih cepat, sehat dan maksimal.

1 comment: